Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
yang telah menunjuki kita kepada keimanan. Shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para shabatnya.
Jelas dan tegas adalah salah satu dari
karaktristik akidah Islam. Semua kaum muslimin bisa memahaminya dengan
baik tanpa harus memiliki prestasi pendidikan tinggi. Pemahaman ini
tidak hanya didominasi para pemikir, cendekiawan, dai, dan atau kiai.
Orang awam yang terbatas pendidikannya juga mampu memahaminya dengan
baik, atau wajib
memahaminya seperti mereka. Di antaranya memahami bahwa Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang hak, tidak beranak dan diperanakkan.
memahaminya seperti mereka. Di antaranya memahami bahwa Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang hak, tidak beranak dan diperanakkan.
Sangat tegas Al-Qur'an menyebutkannya
dalam surat yang memiiki keutamaan tinggi, pendek suratnya dan sedikit
ayatnya, yaitu surat Al-Ikhlash,
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang
Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun
yang setara dengan Dia"."
Ayat ini turun untuk menjawab tantangan dari para kafir musyrik yang meminta kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
untuk menjelaskan sifat Allah Ta'ala setelah sebelumnya mereka
menyebutkan sifat-sifat tuhan mereka. Hal ini sebagaimana yang
diutarakan oleh Ikrimah, bahwa orang-orang Yahudi mengatakan, "Kami
menyembah Uzair putra Allah." Lalu Nashrani mengatakan, "Kami menyembah
al-Masih putra Allah." kemudian Majusi mengatakan, "Kami menyembah
matahari dan bulan." Sementara kaum musyrikin mengatakan, "Kami
menyembah berhala-berhala." Kemudian Allah menurunkan surat ini kepada
Nabi-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai jawaban terhadap mereka. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Ketegasan selanjutnya juga disebutkan
Al-Qur'an dalam mengingkari tuduhan Allah beranak atau mengambil anak.
Karena keyakinan bahwa Allah mengambil anak berkonsekwensi bahwa Allah
butuh kepada selain-Nya. Juga mengharuskan keyakinan adanya tuhan
selain-Nya, karena seorang anak pasti mewarisi atau memiliki sifat
bapaknya, jika bapaknya memiliki sifat ketuhanan maka anaknya juga
memiliki sifat serupa. Dan semua ini mustahil bagi Allah Ta'ala, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Syura: 11)
وَقَالُوا
اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
"Mereka (orang-orang kafir) berkata:
"Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit
dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. Allah
Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan)
sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu
jadilah ia." (QS. Al-Baqarah: 116-117)
"Mereka (orang-orang Yahudi dan
Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; ia-lah Yang
Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Kamu tidak mempunyai hujah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (QS. Yunus: 68)
"(Dialah) Yang
kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya." (QS. Furqan: 2)
Al-Qur'an mengisahkan penolakan dan
pengingkaran orang yang dianggap dan diyakini sebagai anak Allah untuk
menghinakan tuduhan dan keyakinan mereka terhadap Allah dan hamba
utusan-Nya,
"Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
"Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau
telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku
tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakan)-nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan
adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu." (QS. Al-Maidah: 116-117)
Kemudian Al-Qur'an menggambarkan
keyakinan Allah punya anak sebagai perkara yang sangat buruk dan jahat.
Allah sangat murka karenanya. Sehingga langitpun hampir pecah, bumi
terbelah, dan gunung-gunung runtuh karena ucapan yang munkar ini.
"Dan mereka berkata: 'Tuhan
Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah
mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit
pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak
layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak
ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)
Al-Qur'an juga melakukan pendekatan
logika untuk membatalkan tuduhan hina terhadap Allah Ta'ala di atas.
Yaitu jika ada lebih dari satu Tuhan yang Maha Kuasa, pasti tuhan-tuhan
tersebut akan saling berkelahi untuk lebih dominan satu daripada yang
lain, sungguh lucu apa yang mereka yakini.
مَا
اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا
لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
"Allah sekali-kali tidak mempunyai
anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada
tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." (QS. Al-Mukminun: 91)
"Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.
Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan." (QS. Al-Anbiya': 22)
Ketegasan Al-Qur'an dalam menjelaskan
akidah tauhid ini adalah dengan menghakimi kepada mereka yang menyatakan
Allah itu punya anak lalu menuhankannya.
Allah Ta'ala berfirman,
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي
وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ
أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra
Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah
Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga,
dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu
seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga"." (QS. Al-Maidah: 73)
Sehingga Al-Qur'an memberikan arahan
untuk menyeret mereka dari kesesatan tersebut dengan mengajak kepada
satu kalimat yang disepakati dan dibawa oleh utusan Allah, nabi Isa bin
Maryam dan Nabi Muhammad 'Alaihimas Shalatu Was Salam. Yaitu:
قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا
وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab,
marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah
dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.
Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa
kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (QS. Ali Imran: 64)
Maka jelas dan tegasnya akidah ini,
laksana matahari di siang yang tak berawan. Cahayanya sangat terang.
Hanya orang buta saja yang tak mampu melihat terangnya cahaya siang.
أَفَلَمْ
يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ
آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ
تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
"Maka apakah mereka tidak berjalan
di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah
hati yang di dalam dada." (QS. Al-Hajj: 46)
Dan siapa yang buta matahatinya di dunia
dari jelas dan tegasnya prinsip Islam ini, maka di akhriat ia pun akan
menjadi orang buta. "Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia
ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih
tersesat dari jalan (yang benar)." (QS. Al-Isra': 72)
". . . dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia:
"Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta,
padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman:
"Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan
demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya
kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih
berat dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 124-127)
. . . Batilnya keyakinan Allah punya anak bagi seorang muslim seperti matahari di siang yang tak berawan. Cahayanya sangat terang. Hanya orang buta saja yang tak mampu melihat terangnya cahaya siang. . .
Maka sungguh hina orang yang pernah
belajar ilmu agama dan mendapatkannya, lalu ia tinggalkan pemberian
Allah yang berharga tersebut karena cenderung kepada dunia dan menuruti
hawa nafsunya. Sehingga Allah membutakan mata hatinya lalu
menyesatkannya. Tidak berguna teguran dan peringatan dari orang-orang
beriman. Maka mereka menjadi seperti ANJING LAPAR YANG MELIHAT TULANG.
"Dan bacakanlah kepada mereka berita
orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan
tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat
itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia
termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi
dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, MAKA
PERUMPAMAANNYA SEPERTI ANJING JIKA KAMU MENGHALAUNYA DIULURKANNYA
LIDAHNYA DAN JIKA KAMU MEMBIARKANNYA DIA MENGULURKAN LIDAHNYA (JUGA).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berpikir." (QS. Al-A'raf: 175-176)
. . . sungguh hina orang yang pernah belajar ilmu agama dan mendapatkannya, lalu ia tinggalkan pemberian Allah yang berharga tersebut karena cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya. . . seperti ANJING LAPAR YANG MELIHAT TULANG.
Maka bagi siapa saja yang telah
terlanjur ikut merayakan Natal bersama orang-orang tersesat, segeralah
bertaubat, perbaharui iman dan perbanyak istighfar serta beramal sholeh
semoga itu menjadi penghapus dari kesalahan yang dangat fatal karena
ikut serta acara natal berarti mengakui dan mendukung, bahkan bisa
terkategori meridhai, keyakinan Allah beranak atau memiliki anak
sehingga ada tuhan yang diakui selain Allah Ta'ala. Maka suci Allah dari
apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya. Wallahu Ta'ala A'lam.
[voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar