Membahas tentang agama, sepertinya terasa tidak lengkap kalau tidak juga membahas tentang agama Islam, tidak terkecuali untuk negara Jepang. Walaupun artikel tentang topik ini (Islam di Jepang) sudah terlalu banyak, namun berhubung cukup sering ditanyakan maka saya merasa perlu untuk menampilkannya.
Semua tulisan di bawah ini hanyalah pengulangan saja alias copy paste dari sumber lain, sehingga bisa dikatakan hampir tidak ada info baru yang bisa Anda didapatkan di dalamnya. Namun harapannya tetap semoga masih ada manfaatnya.
Daftar Isi
01. Sejarah Islam di Jepang
02. Tokoh, mualaf dan Organisasi
03. Mesjid di Jepang
04. Jumlah peduduk muslim
05. Wilayah Muslim Terbanyak
06. Masa Keemasan
07. Masa Suram
08. Toleransi beragama
09. Kendala umat Islam di Jepang
10. Penutup
Sejarah Kedatangan Islam di Jepang
Menurut tulisan yang saya kutip dari ceramah salah seorang wakil duta besar Jepang untuk Indonesia yang berjudul "Hubungan Islam dengan Jepang", menyebutkan bahwa agama Islam mulai masuk ke Jepang diperkirakan sekitar zaman Restorasi Meiji (1867), ditandai dengan masuknya literatur literatur mengenai Islam yang berasal dari Eropa atau China, mulai diterjemahkan dan masuk ke Jepang.
Berikut saya kutip isi artikel di atas lebih lengkap : [" Kemudian, pada tahun 1890 (seribu depalan ratus sembilan puluh), terjadi sebuah peristiwa yang mempertemukan Jepang dan Islam. Peristiwa ini dikenal sebagai Peristiwa Kapal Ertogrul. Sebuah kapal Turki karam di perairan Jepang. Dari 600 (enam ratus) penumpang, hanya 69 (enam puluh sembilan) yang selamat. Pemerintah maupun rakyat Jepang bersama-sama berusaha menolong para penumpang yang selamat dan mengadakan upacara penghormatan bagi arwah penumpang yang meninggal dunia. Mereka yang selamat, akhirnya dapat kembali ke negara mereka berkat sumbangan yang berhasil dikumpulkan dari seluruh rakyat Jepang. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimnya utusan pemerintah Turki ke Jepang pada tahun 1891 (seribu delapan ratus sembilan puluh satu). Hubungan yang sangat baik dengan Turki ini, juga membawa kemenangan bagi Jepang dalam peperangan dengan Rusia yang dimulai pada tahun 1904 (seribu sembilan ratus empat). Dikatakan, pada saat armada kapal kekaisaran Rusia melintasi laut Baltik, Turki memberitahukan hal tersebut kepada Jepang, dan karena itu, Jepang meraih kemenangannya. Setelah peristiwa tersebut, yaitu sekitar tahun 1900-an, untuk pertama kalinya warga muslim Jepang pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji. Sejak saat itu, Islam mulai dikenal secara luas.."]
Hubungan baik antara Turki dan Jepang ini tampaknya berlanjut hingga sekarang dan orang Turki merupkan salah satu dari ethis asing yang cukup dijumpai di negara tersebut. Kemudian tahun 1955, beberapa ulama dari Pakistan datang ke Jepang dan berdakwah di sejumlah kota besar, membuat agama Islam mulai dikenal lebih luas di Jepang.
Mesjid di Jepang
Di negara jepang saat ini terdapat ratusan buah mesjid dengan jumlah terbanyak terletak di daerah Tokyo. Mesjid tertua di Jepang adalah mesjid Kobe yang didirikan tahun 1928 oleh pedagang dari India, sedangkan mesjid tertua di Tokyo adalah Masjid Jamii yang dibangun tahun 1938 didirikan oleh orang Turki dengan mendapat sokongan penuh pemerintahnya. (sumber : wikipedia). Mesjid terbaru sekarang adalah Mesjid Gifu, propinsi Aichi, yang terkenal dengan industri otomotifnya. "Proyek pembangunan masjid ini menelan biaya sebesar 129 juta yen atau setara 1,1 juta dolar AS" (sumber : berita antara).
Dari segi bentuk fisik, mesjid yang ada di Jepang hampir tidak ada perbedaannya dengan mesjid umumnya yang ada di tanah air, besar, megah dan indah serta tidak ketinggalan bangunan menara dan kubah besarnya. Namun perlu dicatat bahwa mesjid dengan katagori seperti di atas jumlahnya tidaklah banyak karena sebagian besar lainnya hanyalah berupa bangunan sederhana berupa rumah, apartement atau ruangan kosong yang disewa secara patungan oleh beberapa orang.
Karena membuat keributan dan kebisingan adalah dilarang di negara tersebut (berlaku juga untuk agama lain) maka praktis suara azan hanya terdengar di dalam ruangan mesjid saja. Hal ini mungkin akan menjadi salah satu perbedaan paling utama kalau dibandingkan dengan kondisi mesjid di Indonesia.
Jumlah penganut Islam di Jepang
Ini merupakan bagian yang paling sulit untuk dijawab karena tidak ada catatan atau penghitungan resmi tentang hal ini. Tidak seperti di negara kita dimana agama adalah merupakan identitas wajib yang harus dimiliki oleh setiap orang, kondisi di Jepang adalah sebaliknya. Agama adalah urusan pribadi yang sama sekali tidak diatur oleh pemerintah. Sensus, angket atau pertanyaan tentang agama yang dilakukan oleh badan resmi negara dipastikan tidak akan pernah ada. Jadi jawaban pasti dari jumlah penduduk muslim di Jepang tidak akan pernah bisa didapatkan. Namun menurut perkiraan atau klaim yang dibuat oleh Islamic Center di negara tersebut menyebutkan angka sebesar 70.000 s/d 200.000 orang. Jumlah yang lumayan besar bukan ?
Muslim Jepang Asli
Dari 200.000 orang penduduk muslim di Jepang, apakah seluruhnya merupakan orang (asli) Jepang atau penduduk pendatang ? Pertanyaan yang sepertinya sangat menarik dan paling ditunggu tunggu. Namun sekali lagi pembaca tidak akan pernah mendapat jawaban yang pasti. Berikut catatannya lebih lengkap :
Menurut Michael Penn, "Islam in Japan: Adversity and Diversity," Harvard Asia Quarterly, Vol. 10, No. 1, Winter 2006. menyebutkan bahwa : sebagian besar umat Islam di Jepang (90%) adalah pendatang, sedangkan penduduk asli Jepang sendiri yang memeluk Islam diperkirakan tidak lebih dari 10%. ( Sumber : Wikipedia : Islam in Japan ) Jadi kalau perkiraan ini benar maka jumlah pemeluk Islam yang berasal dari penduduk asli adalah sekitar 7.000-20.000 orang.
Menurut Direktur Jenderal Institute of Developing Economic (IDE), Dr Sadashi Fukuda memperkirakan jumlahnya sekitar 10.000 orang. Kosei Morimoto, Ph.D menyebut kisaran angka 12.000 s/d 15.000. orang. Asisten Sekretaris Pres Direktur Devisi Pers Internasional Mentri Luar Jepang, Chiba Akira memperkirakan hanya sekitar 5.000-an. Tapi Imam Masjid Kobe, Mohsen Shaker, yakin jumlah umat Islam di seluruh Jepang, mencapai 20.000-an atau bahkan mungkin lebih, katanya lebih lanjut. (Sumber : Harian Pagi Fajar, Makasar : Warna-Warni Kehidupan Beragama di Jepang)
Menurut Hassan Ko Nakata, proffesor dan guru besar tentang study Islam mengatakan " Di Jepang tidak ada organisasi tunggal untuk Muslim Jepang. Juga tidak ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah Muslim di Jepang. Tapi angka perkiraannya sekitar 70.000. Jumlah terbesar adalah Muslim dari Indonesia, sekitar 20.000 orang. Muslim asli Jepang sendiri diperkirakan hanya 7.000 orang dimana kebanyakan dari mereka masuk Islam melalui pernikahan dengan pasangan Muslim dari luar Jepang. Dari jumlah itu, hanya sekitar 500 orang yang terorganisasi di bawah Japan Muslim Association, sebuah organisasi Islam terbesar dan tertua di Jepang. Jadi, Muslim Jepang benar-benar minoritas mutlak. Keberadaannya di tengah-tengah masyarakat Jepang nyaris tak terperhatikan dan diabaikan. . . . ". Di bagian lain beliau juga mengatakan bahwa tokoh Islam (penduduk asli) sebelumnya, hampir sebagian besar tidak meninggalkan keturunan.
Dari websitenya Bapak Ishizawa Takeshi menyebutkan : "Menurut Shukyo Nenkan (Almanak Agama) diterbit dari Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Jepang yang versi tahun 1996, jumlahnya pemeluk Islam adalah Islamic Center Japan : 2600 orang, Japan Muslim association: 120 orang"
Berikut saya kutipkan sebagian dari artikel yang berjudul "Islam di Jepang, sebuah perjalanan panjang". Ditulis oleh Kartika Lestari dan dimuat di site PMIJ (Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang) : "Walaupun banyak organisasi Islam yang didirikan sejak tahun 1900-an, masing-masing hanya memiliki sedikit anggota yang aktif. Tidak ada estimasi yang dapat dipercaya (akurat) tentang populasi Muslim Jepang. Data yang menyatakan bahwa jumlah total Muslim Jepang adalah 30.000 orang terlalu dilebih-lebihkan. Beberapa orang menyatakan bahwa jumlah total populasi Muslim Jepang sebanyak hanya ada beberapa ratus orang. Mungkin ini merupakan jumlah Muslim Jepang yang benar-benar mempraktekkan Islam. Ketika diminta untuk memberikan estimasi mengenai jumlah Muslim Jepang yang sebenarnya, Abu Bakar Marimoto mengatakan bahwa total jumlah mereka seluruhnya seribu orang, jika kita tidak melakukan pengecualian terhadap mereka yang masuk Islam karena pernikahan dan mereka yang tidak mempraktekkan Islam dengan sungguh-sungguh, mungkin jumlahnya mencapai beberapa ribu orang."
Dari sejumlah sumber yang saya kutip di atas, sepertinya sudah cukup jelas bahwa sangat sulit untuk memberikan angka yang jelas karena setiap sumber memberikan jumlah angka yang bervariasi. Islamic Center di Jepang sepertinya memberikan penjelasan yang paling tepat : "Jawabanya sangat tergantung dari pihak mana yang Anda tanya ".
Wilayah dengan penduduk muslim terbanyak
Kota apakah di Jepang yang memiliki jumlah muslim terbanyak ? Jawabannya adalah tidak ada. Demikian juga dengan pertanyaan seperti desa atau perkampungan muslim, bisa dikatakan tidak atau belum ada di negara tersebut. Mesjid yang berdiri di sejumlah tempat, kota ataupun desa sama sekali tidak bisa dijadikan indikasi bahwa disekitar areal tersebut adalah konsentrasi penduduk muslim. Tentu saja karena pendirian tempat ibadah di negara tersebut relatif mudah dalam arti tidak harus didirikan di tengah warga dengan agama yang sama.
Muslim terbayak di Jepang adalah warga Indonesia !
Kebanyakan dari umat muslim yang ada di Jepang adalah para pendatang dengan profesi yang beragam namun umumnya adalah pelajar, pekerja bisnis, tenaga kerja magang, serta staff kedutaan beserta keluarga. Mereka tinggal dan tersebar di banyak tempat namun umumnya terkonstrasi di kota besar seperti Tokyo, Nagoya, Osaka, Hirosima, Kobe serta wilayah lainya yamg memiliki komplek industri seperti Hamamatsu atau komplek peternakan seperti Hokkaido.
Cukup menarik untuk diketahui bahwa komposisi terbesar dari penduduk muslim di Jepang ternyata adalah warga Indonesia yaitu sekitar 20.000 an (sumber lihat di atas). Angka ini sepertinya masuk akal karena setelah saya bandingkan dengan catatan dari kedutaan besar Jepang di Jakarta menyebutkan bahwa jumlah warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang : 23.890 per Desember 2004.
Tokoh, Mualaf dan Organisasi Islam di Jepang
Siapakah orang Jepang pertama yang memeluk Islam ? Sejumlah nama yang bisa dicatat adalah : Torajiro Yamada (tanpa catatan tahun), Mitsutaro Takaoka tahun 1909 kemudian Bunpachiro Ariga (1946), Hilal Yamada Torajiro (1957), Nurullah Tanaka Ippei (1934) dan masih banyak lagi (sumber : tidak dicatat). Orang Jepang muslim yang naik haji pertama kali adalah Haji Kataro Yamaoka. (sumber : Berita Antara).
Sedikit catatan, mengambil sample para mualaf periode awal, kebanyakan adalah perorangan sehingga hampir tidak seorangpun yang melahirkan keturunan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan perkembangan agama ini di kalangan penduduk asli relatif sangat lambat.
Sedangkan organisasi muslim pertama adalah Japan Muslim Association berdiri di tahun 1953 bawah pimpinan Sadiq Imaizumi dengan jumlah anggota sebanyak 65 orang.
Adakah artis atau orang Jepang terkenal yang beragama Islam ? Pertanyaan yang cukup sering saya dapatkan dari pembaca. Pertanyaan tidak mudah tentu saja. Hal ini disebabkan karena sifat sangat tertutup dari orang Jepang tentang data personal terlebih lagi dalam urusan agama. Kalau tidak si-artis sendiri yang ngaku, maka kita nyaris tidak akan tahu agama yang dianut oleh seseorang. Namun jawaban sepertinya saat ini belum ada artis Jepang yang beragama Islam. Saya yakin kalau seandinya ada artis atau tokoh Jepang beragama Islam maka tentunya sudah menjadi berita heboh dan marak di dunia maya Indonesia.
Masa keemasan Islam di Jepang
Setelah perang dunia kedua, perkembangan Islam di Jepang mulai mencapai masa keemasan karena diberitakan saat itu banyak tentara yang bertugas di negara lain yang memeluk Islam dan kemudian mendirikan organisasi agama serta menyebarkannya agama barunya itu ke masyarakat luas. Kemudian pada setelah terjadinya krisis minyak tahun 1973, karena perhatian Jepang mulai beralih ke negara negara penghasil minyak yang sebagian besar adalah negara arab..
Kemudian ada juga sumber lain yang menambahkan keterangan sedikit berbeda yaitu perkembangan Islam di Jepang juga menunjukkan kenaikan setelah peristiwa 11 September 2001, serta setelah perang teluk. yang berakhir dengan dikuasainya Irak oleh pasukan Amerika. Pendapat menarik lanya mengatakan bahwa saat inilah perkembangan Islam mencapai puncaknya karena tiap hari mesjid dilaporkan tidak pernah sepi dari kunjungan orang Jepang yaitu sekitar 50 orang perhari yang ingin berpindah memeluk agama Islam. (Sumber lengkap tidak dicatat)
Masa suram Islam di Jepang
Perkembangan Islam di Jepang juga pernah menjadi sorotan karena beberapa kasus seperti pembunuhan Hitoshi Igarashi tanggal 11July 1991 yang sangat menghebohkan. Beliau adalah seorang dosen bidang Study Islam yang menerjemahkan buku Ayat Ayat Setan, ditemukan meninggal berlumuran darah di dekat ruang kerjanya yaitu di Universitas Tsukuba Ibaraki. Kasus ini mendapat sorotan yang luas dan melibatkan investigasi besar besaran namun pelakunya masih tetap misteri sampai akhirnya kasusnya ditutup pada tanggal 11July 2006. Menurut undang undang di Jepang kasus kriminal dianggap selesai dan kasusnya akan ditutup setelah melewati waktu 15 tahun. Kasusnya bisa dibaca disini
Kasus lainnya yang juga menjadi sorotan adalah terbunuhnya Kazuya Ito, seorang tenaga sukarelawan proyek irigasi di Afganistan tahun 2008. Pembunuhnya yang mengatasnamakan kelompok Islam tersebut menculik tenaga sosial tersebut sehabis bekerja. Namun sebetulnya jauh sebelum itu kecurigaan orang Jepang terhadap kegiatan agama sudah cukup besar seperti perang dan kekerasan atas nama agama di sejumlah negara Arab, Philipina ataupun Indonesia serta kasus yang sangat terkenal penghancuran situs bersejarah di lembah Bamyan, membuat perkembangan agama Islam di negara tersebut sangat tidak menguntungkan.
Kemudian kasus lainya yang paling terkenal adalah adalah peristiwa serangan 11 September 2001 yang menyebabkan 24 orang Jepang tewas. Kasus ini cukup unik sekaligus juga membingungkan khususnya dalam hubungannya dengan Islam di Jepang. Beberapa site menyebutkan setelah peristiwa 11 September 2001, memicu banyak orang Jepang yang memeluk Islam, namun sebagaian kecil lagi memberikan agrumen yang sebaliknya, jadi agar tidak menimbulkan perdebatan rasanya cukup adil kalau saya tulis keduanya. Di sub ini saya memakai sumber dari koran online The Japan Times .
Sedikit catatan, salah seorang pelaku 11 Septermber pernah bermukim di negara tersebut. Beberapa laporan inteligen beberapa kali melaporkan bahwa Jepang merupakan salah satu target serangan mereka dan bulan Mey 2004, 4 orang yang anggota atau simpatisan Al Qaida telah tertangkap di negara tersebut (Sumber CNN). Jadi bisa dibayangkan sejak kejadian tersebut, aktivitas keagamaan menjadi semakin diawasi.
Sebenarnya jauh sebelum itu yaitu sejak kasus serangan gas sarin oleh kelompok agama Aum Shinrikyo bulan March 1995, masyarakat Jepang sudah cukup alergi dengan kegiatan atau kelompok yang berbau agama jadi setelah beberapa kasus lain yang muncul kemudian seakan menambah panjang daftar kecurigaan tersebut. Walaupun kasus terakhir dan juga kasus lainya sama sekali tidak berkaitan dengan Islam namun bagi mereka (sepertinya) adalah sama saja. Jadi untuk mengubah stereotip miring semacam ini tentu saja tidaklah mudah.
Toleransi dan kemudahan beragama di Jepang
Salah satu sebab agama Islam bisa berkembang pesat di Jepang adalah karena bagusnya iklim tolerensi yang ada di masyarakat di negara ini dan jaminan dari pemerintah sendiri tentang kebebasan beragama. Kebebasan yang dimaksud adalah dalam arti luas termasuk juga bebas untuk tidak memeluk agama apapun. Orang Jepang secara umum bisa dikatakan tidak mengenal agama, jadi tentu saja tidak akan ada fanatisme agama dalam diri mereka. Agama hanyalah sekedar aktivitas budaya yang tidak akan tercatat pada dokument identitas apapun.
Salah satu contoh menarik tentang toleransi adalah kasus seorang muslim dari Malaysia, Nik Yusof, yang meninggal saat tragedi bom Hiroshima 6 Augustus 1945, makamnya justru dibuat dan dipelihara oleh pengurus kuil Buddha. (sumber : surat kabar online, The Star, Malaysia). Kemudian contoh yang lebih umum, kuburan muslim di Yamanashi Tokyo berhasil dibangun berkat jasa dari Umat Buddha sekte Sotoshu. Makam seluas 4.800 meter persegi yang saat ini berisi sekitar 120 makam terletak di areal makam milik Kuil Monjuin, Koshu. (Sumber : The Yamiuri Shinbun).
Kemudian hampir semua tempat ibadah atau mesjid yang berdiri sekarang adalah terletak di tengah komunitas penduduk asli yang notebene bukan pemeluk muslim. Jadi hal ini mungkin merupakan salah satu contoh yang paling mudah. Jadi kalau seandainya aturan pendirian tempat ibadah diperketat atau setidaknya seperti aturan di Indonesia, mungkin mesjid tidak akan pernah ada di negara tersebut.
Menurut pendapat saya pribadi, orang Jepang rata rata sangat toleran terhadap adat dan kepercayaan negara lain dan disamping itu mereka juga selalu ingin tahu tentang hal baru. Program siaran di televisi tentang budaya negara lain bisa kita temukan dengan mudah seperti kehidupan dunia arab ataupun kehidupan di Indonesia. Walaupun sulit dimengerti karena sangat berbeda dengan pola pikir mereka setidaknya mereka mencoba untuk memahaminya. Sekali lagi hanya pendapat pribadi.
Berikut saya kutipkan beberapa pendapat yang ditulis oleh rekan lain :
(dikutip dari : Republika : Islam berkembang pesat di Jepang )
"Kebebasan beragama yang telah dinikmati oleh masyarakat Jepang selama ini, punya andil yang cukup besar bagi diterimanya Islam di Jepang. Masyarakat Jepang dengan bebas dapat memeluk Islam sebagai agama. Lebih dari, kondisi masyarkat Jepang yang cukup toleran dan lebih mengutamakan akal dan logika lebih memudahkan mereka menerima kebenarna Islam yang ajarannya memang tidak bertentangan dengan akal sehat. Karena berpikir logis itu pula yang menjadikan masyarakat Jepang tidak terpengaruh dengan isu terorisme Islam yang sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu."
(dikutip dari : http://islamlib.com/id/artikel/berbahasa-arab-di-jepang/ )
"Saya sempat berkunjung ke sebuah perpustakaan swasta, Toyo Bunko atau Oriental Library, yang didirikan dan dibiayai oleh keluarga perusahaan besar, Mitsubishi. Perpustakaan ini mempunyai koleksi ratusan ribu buku tentang kebudayaan timur dalam pelbagai bahasa. Saya diajak keliling oleh Direktur Riset, Prof. Tsugitaka Sato, ke seluruh ruangan perpustakaan, melihat koleksi ratusan ribu buku dan manuskrip tua yang menakjubkan. Prof. Sato menghadiahkan sebuah buku yang baru ditulisnya, tentang sosok seorang wali besar dari Asia Tengah, yaitu Ibrahim b. Adham. Sayang sekali, saya tidak paham bahasa Jepang sehingga tak bisa menikmatinya. Bagi anak-anak pesantren, sudah tentu tokoh Ibrahim b. Adham ini sangat dikenal. Saya benar-benar kaget, ternyata tradisi kajian Islam di Jepang cukup berkembang dengan baik dan kukuh. Inilah yang menjelaskan kenapa muncul beberapa sarjana Islam Jepang dalam tingkatan yang sejajar dengan para sarjana Islam di Barat, seperti Pro. Toshihiko Izutsu atau Sachiko Murata, pengarang buku The Tao of Islam yang terkenal itu"
Catatan :
Di beberapa tempat saya pernah mendengar adanya perlakuan tidak menyenangkan dari sejumlah petugas polisi ataupun intelijen terhadap sejumlah organisasi ataupun pengikut agama Islam. Hal ini adalah benar. Sebetulnya bukan hanya terbatas pada penganut Islam saja, semua organisasi berbau agama umumnya selalu mendapat perhatian dari pihak keamanan. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki pengalaman buruk tentang organisasi agama terlebih lagi organisasi agama yang didirikan oleh orang asing. Jadi untuk kasus ini sepertinya lebih condong ke arah keamanan.
Kendala Umat Islam di Jepang Saat Ini
Banyak kalangan berpendapat bahwa kesulitan terbesar umat Islam di Jepang adalah kurangnya tempat ibadah. Kebanyakan mesjid yang ada sangat jauh dari tempat tinggal atau tempat mereka bekerja.
Sedangkan kendala lain seperti makanan halal misalnya sama sekali tidak dianggap masalah serius karena makanan jenis ini relatif mudah ditemukan khususnya lewat toko online. (Sumber artikel : tidak dicatat). Sedangkan khusus untuk kasus diskriminatif yang dialami oleh penduduk asli yang beralih menjadi muslim (sepertinya) hampir tidak ada. Sekali lagi agama adalah masalah personal bagi orang Jepang dan negara ataupun masyarakat sama sekali tidak akan ikut campur di dalamnya.
Penutup, Kesimpulan dan Opini
Mengapa Islam Sulit berkembang di Jepang ?
Dari sejumlah data yang telah saya kutip di atas, menunjukkan geliat perkembangan Islam di negeri sakura yang sangat luar biasa. Kajian study Islam di universitas, berbagai buku bertema Islam, gencaranya dakwah dan pengajian serta yang terakhir maraknya pendirian mesjid baru yang nyaris seperti cendawan di musim hujan adalah fenomenya yang sangat menarik.
Namun fenomena luar biasa tersebut seakan kehilangan makna karena dari kebanyakan aktivitas tersebut yang ada, nyaris sebagian besar dilakukan dan diperuntukkan bagi para muslim pendatang. Mungkinkah karena orang Jepang sangat sulit diajak berbaur atau mungkin juga karena jumlah penduduk asli muslim yang sangat sedikit yaitu sekitar seribuan orang saja ? (Abu Bakr Morimoto, Wikipedia, Islam di Jepang). Kenapa dan apa penyebabnya, tentu sangat menarik untuk dipertanyakan.
Sejumlah pakar (sumber tidak dicatat) mengatakan kurangnya imam dan penceramah agama yang berkualitas dan mampu mengusasi bahasa Jepang sehingga penyebaran agama Islam di Jepang oleh banyak orang dikatakan seperti "jalan ditempat". (Kalau pernyataan ini benar maka bagi mereka yang berminat menjadi atau berprofesi sebagai seorang penyebar agama Islam di negara lain, mungkin Jepang adalah tempat yang cukup bagus untuk di pertimbangkan)
Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa masalah terbesar disebabkan karena kharakter orang Jepang sendiri yang memang kurang tertarik dengan urusan agama. Agama adalah menakutkan bagi banyak orang atau bahkan sebagian lagi ada yang mengataka bahwa agama hanya cocok untuk orang yang sakit jiwa (Selengkapnya baca : Jepang, negara tanpa agama). Bukan hanya sebatas Islam saja, agama apapun sepertinya akan sulit berkembang di negara tersebut. Agama Buddha adalah sedikit perkecualian karena memiliki sejumlah alasan. (Baca tulisan lainnya: Perkembangan agama Buddha, Shinto dan Kristen di Jepang)
Orang Jepang umumnya akan sangat antusias kalau diajak belajar tentang teknologi atau pengetahuan baru, namun akan berubah dingin dan acuh kalau diajak belajar agama. Bukan mendebat atau menolaknya tapi tidak menanggapi (acuh).
Seorang tokoh Islam asli Jepang, Prof. Hassan Ko Nakata sendiri mengatakan dengan terus terang kesulitan menyebarkan Islam di negara tersebut yang diistilahkannya dengan ungkapan "Seperti mendakwahi batu", nyaris tidak bergeming.
Kendala Pemakaman
Menurut pendapat saya, pada setiap topik yang membahas tentang perkembahang Islam di Jepang, sepertinya ada satu hal yang hampir selalu luput dari perhatian banyak orang. Topik yang terlihat sepele namun sangat vital yaitu masalah pemakaman. Perlu di catat bahwa penguburan mayat di Jepang adalah dilarang menurut undang undang. (Baca tulisan lain:Pemakaman Kremasi di Jepang dan Alasannya)
Namun khusus untuk golongan kepercayaan tertentu, seperti golongan Yahudi dan muslim, atau alasan lain, penguburan konvensional masih tetap diijinkan. Saat ini kuburan muslim bisa ditemukan di tiga tempat dan dengan ukuran sangat sempit yaitu hanya bisa menampung 100an atau 1000an makam saja. Jadi kalau berita "Perkembangan Islam di Jepang yang sangat pesat" adalah benar maka diperkiraan dalam beberapa tahun saja kuburan tersebut akan segara penuh.
Solusinya tentu saja harus membuat makam baru, namun kendala klasik kembali muncul yaitu dana yang besar. Harga tanah di negara tersebut sama sekali tidak bisa disebut murah. Muslim di Hokkaido misalnya, wilayah paling utara wilayah Jepang relatif sepi dan berpenduduk jarang, paling sedikit harus membayar ongkos pemakaman sebesar 6 juta yen atau sekitar 600 juta rupiah (Sumber: http://www.hisociety.jp/Graveyard.php). Jadi kalau untuk daerah Hokkaido yang "sepi dan nyaris tidak berpenghuni" saja sudah sangat mahal, maka untuk daerah super padat seperti Tokyo atau kota lainnya tentu saja harganya beberapa kali lipat lebih mahal.
Bagian ini sepertinya nyaris luput dari perhatian banyak orang. Saya hanya bisa menduga duga, penyebabnya adalah karena sebagian besar dari umat muslim di negara tersebut adalah pendatang jadi kematian adalah kasus langka. Kebutuhan vital bagi pendatang adalah mesjid atau tempat ibadah bukan kuburan. Jadi solusi murah yang selama ini dilakukan adalah mengirim jasad ke negara asalnya dengan biaya sekitar 1 juta yen atau sekitar 100 juta rupiah. jadi nyaris 1/6 lebih murah dibandingkan dikubur di Jepang.
Jadi jumlah atau luasanya tempat makam sepertinya bisa dijadikan sebagai indikasi mudah dan sederhana untuk menghitung jumlah penduduk muslim (asli) di negara tersebut.
Demikian sekilas tentang perkembangan agama Islam di Jepang. Semoga bermanfaat.
(eonet.ne.jp)
Subhanallah..sesungguhnya hidayah Allah tidak mengenal suku,etnik ataupun geografis..karena semuanya ciptaan Allah dan kita semua bakal kembali padaNya.....
BalasHapus